Hangatnya Sambutan dari A.P H.Mochtar Basry Idris (Kepala Adat Besar Tidung) kepada Rombongan SDN 005 Tarakan
Penulis : TIM IT SDN 005 Tarakan - 12 Desember 2024
SDN 005 TARAKAN, SEKOLAH CERDAS BERAKHLAK
Penulis : TIM IT SDN 005 Tarakan - 12 Desember 2024
Tarakan, 12 Desember 2024 β Hangatnya Sambutan A.P. H. Mochtar Basry Idris, Kepala Adat Besar Tidung, kepada Rombongan SDN 005 Tarakan
Kepala Adat Besar Tidung, A.P. H. Mochtar Basry Idris, beserta jajaran Wira Adat, menyambut hangat kunjungan rombongan guru dan kepala sekolah SDN 005 Tarakan ke Baloy Mayo. Kunjungan ini menjadi momen penting untuk memperdalam pemahaman para guru tentang warisan budaya dan nilai-nilai luhur adat Tidung yang kaya akan filosofi kehidupan. Berikut adalah beberapa penjelasan dari Kepala Adat Besar Tidung tentang Rumah Adat Tidung.
Baloy Mayo: Simbol Kebanggaan dan Kearifan Lokal
Baloy Mayo, atau Baloy Mayo Bayan Yampu Amiril Pengiran Djamaloel Qiram, adalah pusat adat istiadat masyarakat Tidung. Bangunan megah yang diresmikan pada 4 April 2004 ini dibangun dari kayu Ulin, bahan yang terkenal dengan kekuatan dan daya tahannya. Sebagai tempat kegiatan budaya, Baloy Mayo menjadi representasi nilai-nilai adat Tidung yang terus hidup di tengah modernisasi.
Menjelajahi Ruang Lamin Bantong dan Filosofi Kehidupan
Dalam kunjungan ini, rombongan diajak oleh A.P. H. Mochtar Basry Idris untuk menjelajahi Lamin Bantong, salah satu ruang utama di Baloy Mayo yang sarat makna. Lamin Bantong adalah ruang singgasana Kepala Adat Besar Tidung, dihiasi ornamen khas, termasuk singgasana Raja Tidung yang dilengkapi dengan dua naga saling berhadapan di puncaknya. Naga ini melambangkan pemimpin yang berwibawa dan kuat, sekaligus penuh tanggung jawab dalam melindungi rakyatnya.
Di sekitar singgasana, terdapat empat kursi pendamping untuk:
Wira Raja β Wakil kepala adat yang mendampingi raja dalam berbagai urusan.
Wira Utama β Penanggung jawab bidang hukum, politik, dan ekonomi.
Wira Pemangku Pawang Adat β Pelindung nilai-nilai adat dan spiritual masyarakat Tidung.
Wira Adat β Perwakilan raja dalam menjalankan pemerintahan adat di tingkat kabupaten/kota.
Keberadaan kursi-kursi ini menunjukkan struktur pemerintahan adat yang tertata dan sinergis, mengajarkan pentingnya kerja sama dalam kepemimpinan.
Pesan dari Meja Abu dan Naga Tak Bertanduk
Di depan singgasana, terdapat meja kecil dengan ornamen naga tanpa tanduk dan wadah putih berisi abu. Naga tanpa tanduk melambangkan pemimpin yang telah selesai menjalankan masa baktinya, kembali sebagai masyarakat biasa. Wadah abu mengingatkan bahwa kekuasaan adalah amanah sementara, dan setiap pemimpin pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta. Pesan ini mengajarkan bahwa tanggung jawab kepemimpinan harus dijalankan dengan bijaksana dan rendah hati.
Simbol Tradisi: Empat AGUNG yang Sarat Makna
Tatkala kita melangkahkan kaki ke Baloy Mayo, ada sebuah simbol tradisi yang langsung menarik perhatian di ruang penyambutan tamu: empat buah AGUNG yang memiliki fungsi unik masing-masing. AGUNG-AGUNG ini bukan hanya sekadar alat musik tradisional, tetapi juga menjadi media komunikasi penting dalam kehidupan masyarakat adat Tidung.
AGUNG SINAN: MAHARAJALILA SINAN
Berfungsi sebagai alat panggil penyambutan tamu. Saat AGUNG ini dibunyikan, masyarakat Tidung mengetahui bahwa Raja Tidung sedang menerima tamu, baik dari kerajaan lain maupun masyarakat yang ingin bersilaturahmi. Fungsi ini mencerminkan nilai penghormatan dan kehangatan tradisional.
AGUNG DUWO: MAHARAJALILA DUWO
Digunakan untuk memanggil masyarakat berkumpul dalam rangka menyaksikan proses pengadilan adat. Bunyi AGUNG ini menjadi penanda dimulainya penyelesaian perkara adat yang menjunjung tinggi keadilan dan harmoni.
AGUNG TALU: MAHARAJALILA TALU
AGUNG ini berfungsi sebagai panggilan perang, menggerakkan para Wira dan masyarakat untuk bersatu membela tanah adat dari ancaman luar. Tradisi ini menegaskan semangat patriotisme dan solidaritas masyarakat Tidung.
AGUNG APAT: DAYANG PUTRI SITI NURBAYA
Dibunyikan untuk memanggil masyarakat dalam perayaan seni budaya, khususnya sebagai ungkapan syukur atas hasil panen. AGUNG ini menjadi simbol kebahagiaan dan syukur atas keberkahan alam.
Empat AGUNG ini, dengan fungsi yang berbeda, mencerminkan harmoni yang terjalin dalam kehidupan masyarakat adat Tidung. Alat ini tidak hanya sebagai instrumen budaya, tetapi juga sebagai penghubung antarwarga yang penuh makna.
Apresiasi dari Kepala Besar Adat
Dalam sambutannya, A.P. H. Mochtar Basry Idris menyampaikan rasa hormat dan apresiasi kepada rombongan SDN 005 Tarakan. "Guru adalah pilar pendidikan yang akan membentuk generasi penerus. Dengan memahami nilai-nilai adat, para pendidik dapat menanamkan kecintaan terhadap budaya kepada siswa-siswanya," ujarnya.
Refleksi Kepala SDN 005 Tarakan
Prayudi Ariessanto, S.Pd., Kepala SDN 005 Tarakan, mengungkapkan rasa terima kasih atas sambutan hangat ini. βKunjungan ini memberi kami wawasan baru tentang filosofi kehidupan dan nilai-nilai kepemimpinan yang luar biasa. Pengalaman ini akan menjadi inspirasi dalam mendidik siswa kami untuk mencintai budaya dan menghargai warisan leluhur,β katanya.
Pelajaran Kehidupan dari Baloy Mayo
Kunjungan ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tradisi sebagai identitas masyarakat. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya lokal, para pendidik di SDN 005 Tarakan dapat memainkan peran penting dalam melestarikan warisan adat Tidung kepada generasi mendatang. Baloy Mayo adalah lebih dari sekadar bangunan; ia adalah penghubung antara masa lalu dan masa depan yang terus hidup melalui nilai-nilai yang diwariskannya.